Entri Populer

Rabu, 13 Maret 2013

Firasat Seorang Ibu Salehah



Syaikh Sirri Siqthi adalah seorang guru yang mempunyai banyak murid. Mereka datang dari berbagai penjuru negeri. Dari sekian banyak muridnya, terdapat seorang wanit a yang sangat salihah. Tutur katanya selalu jujur, sikapnya senantiasa santun, dan tidak pernah menyakiti sesama. Pendek kata, segala sikap dan perilakunya wanita ini senantiasa selaras dengan ajaran agama.
Si wanita mempunyai seorang anak bernama Muhammad. Setelah beranjak dewasa, si wanita membawa anaknya kepada seorang guru agama. Dia ingin anaknya dapat mendalami berbagai ilmu. Terutama ilmu agama dari sang guru. Harapannya, si anak kelak menjadi orang saleh yang berilmu.
Suatu hari, sang guru berjalan-jalan ditemani anak tersebut menuju sungai Dajlah. Maksud hati hendak menghirup udara segar melepas penat dan lelah, sang guru duduk berteduh di bawah sebuah pohon lebat. Sementara itu, si anak bermain-main tak jauh dari tebing sungai.
Tiba-tiba, kaki si anak terpeleset. Tubuhnya terpelanting dari bibir tebing yang lumayan dalam. Si anak terjatuh menimpa air sungai yang dalam, spontan sang guru terperanjat dan berdiri. Dia berlari ke tepi sungai. Hatinya sangat cemas dan mencari, akhirnya sang guru pasrah. Usaha sudah dilakukan, tak ada lagi yang bisa diperbuat. Dia berfikir, mungkin si anak telah mati dan tubuhnya terseret arus sungai.
Hati sang guru diliputi perasaan sedih dan binggung. Sedih karena dia yang mengajak anak tersebut berjalan-jalan ke tepi sungai Dajlah. Binggung bagaimana memberi tahu ibunya. Terbayang betapa sang ibu akan marah besar karena anak semata wayangnya mati tenggelam tanpa ditemukan jasadnya.
Di tengah kebinggungannya, sang guru teringat kepada Syaikh Siqthi, barangkali beliau bisa membantu. Tanpa menunda-nunda waktu, sang guru kemudian bergegas menuju rumah Syaikh. Dihadapan Syaikh, ia mengemukakan masalah yang terjadi seraya memohon bantuannya. Ia meminta Syaikh untuk menyampaikan berita kematian anak tersebut kepada ibunya.
Syaikh Siqthi kemudian menghampiri sahabatnya, al-Junaid, yang kebetulan sedang berada di rumahnya. Pergilah Syaikh bersama al-Junaid ke rumah ibu si anak. Mereka akan menyampaikan berita duka tentang kematian anaknya.
Sepanjang perjalanan, mereka berfikir bagaimana cara menenangkan si ibu. Mereka khawatir kalau-kalau si ibu tidak mau menerima kenyataan ini, apalagi sampai mendamprat guru anaknya.
Sesampai di rumah si ibu, Syaikh Siqthi dan al-Junaid mengucap salam. Dalam perbincangan selanjutnya, mereka mengajari si ibu kesabaran. Segala yang terjadi pada manusia semata-mata merupakan kehendak Alloh.
Si wanita merasa heran, tiba-tiba Syaikh Siqthi dan sahabatnya mengulas kesabaran.
“Sebenarnya, apa yang telah terjadi? Sepertinya ada sesuatu yang tidak nyaman?” tanya si wanita dengan heran.
Akhirnya, Syaikh Siqthi berterus terang dan menceritakan kejadian yang menimpa anak si wanita. Saat sedang bermain, anak si wanita tenggelam di sungai.
“Alloh Maha Penyayang. Dia tidak akan berbuat seperti itu kepada saya,” jawab si wanita dengan tenang. Kemudian, si wanita meminta kesediaan Syaikh Siqthi dan al-Junaid untuk menunjukan tempat hilangnya si anak. Syaikh Siqthi mengajak guru itu untuk menunjukan tempat yang dimaksud.
Mereka menuju tebing sungai Dajlah. Setiba disana, guru itu langsung menuju tempat terpelantingnya si anak.
“Anda yakin kalau anak saya itu tenggelam di sini?” tanya si wanita.
“Benar, Anak itu terjatuh di sekitar sini.”
Kemudian, wanita itu berseru lantang, “Anakku, kamu di mana?!”
Seruan itu diulang beberapa kali. Tiba-tiba, terdengar ada seseorang yang menyahut. “Bu, saya di sini!”
Mendengar jawaban tersebut, si wanita langsung berlari menuju arah suara tadi. Terlihat si wanita mengulurkan tangannya ke dalam air seraya menarik seseorang keluar dari dalam sungai.
Melihat kejadian itu, Syaikh Siqthi, al-Junaid dan guru si anak terpana. Sungguh ajaib, mereka melihat kejadian yang mencenggangkan. Ternyata, anak itu masih hidup.
Si wanita mendekap anaknya. Hatinya berbunga-bunga. Usai melepas rindu, mereka pulang ke rumah.
Tinggallah Syaikh Siqthi, al-Junaid dan guru si anak. Mereka belum beranjak pulang dan asyik mengobrol. Kejadian tadi benar-benar menimbulkan kekagetan pada diri mereka.
“Wanita itu telah mendapat firasat bahwa anaknya belum meninggal,” Ujar Syaikh Siqthi.
“Maksudnya?” tanya guru si anak.
“Ketika itu, dia berkata bahwa Alloh tidak akan berbuat begitu kepadanya.”
“Yang pasti, kejadian semacam ini hanya dialami oleh orang yang benar-benar saleh. Tidak mungkin Alloh mengaruniakan kelebihan kepada orang-orang jahat,” al_junaid memberikan komentar